Orang Batak memiliki kosmologi tentang penciptaan bumi dan manusia. Mitologi Batak mengenal alam terbagi atas tiga banua, yakni Banua Ginjang atau dunia atas, Banua Tonga atau dunia tengah dan Banua Toru atau dunia bawah.
Titik awal kehidupan berada di Banua Ginjang. Di sana, tinggal Ompu Debata Mulajadi Na Bolon bersama tiga dewa ciptaannya. Batara Guru, Soripada, dan Mangalabulan serta para keturunannya.
Alkisah, Siboru Deak Parujar, anak Perempuan Batara Guru, ditunangkan dengan anak laki-laki Mangalabulan, Raja Odapodap. Namun, Siboru Deak Parujar menolak. Berupaya menunda pernikahan dengan alasan ingin menyelesaikan tujuh tenunan benang terlebih dahulu. Ompu Debata Mulajadi Na Bolon mengetahui itu hanya siasat Deak Parujar.
Ompu Debata lalu melemparkan gumpalan benang tersebut. Ingin menyelamatkan benang milikinya, Deak Parujar pun ikut melompat.
Meskipun Siboru Deak Parujar hidup terombang-ambing jauh dari Banua Ginjang, ia enggan untuk kembali. Pun begitu, Deak Parujar memohon agar Ompu Mulajadi Na Bolon mau memberikan segengam tanah sekadar tempat berpijak. Permintaan itu dikabulkan. Dari segenggam tanah, Deak Parujar membentuk daratan yang saban hari semakin lebar.Tempat tinggal Deak Parujar dikenal sebagai Banua Tonga.
Rintangan dan berbagai persoalan dilewatinya. Termasuk saat Naga Padoha, penghuni Banua Toru, mengganggunya. Deak Parujar memilih terus menetap di Banua Tonga.
Takdir tak dapat terelakkan. Deak Parujar yang lama hidup kesepian pada akhirnya setuju menikah dengan Raja Odapodap. Laki-laki yang sekuat tenaga ditolaknya saat masih hidup di Banua Ginjang. Pasangan ini dikaruniai sepasang anak dengan nama Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia. Beberapa generasi setelahnya, lahirlah Siraja Batak, leluhur orang Batak.
Kisah ini masih dipercaya oleh masyarakat Batak. Eksistensi Siraja Batak hadir lewat tarombo atau pohon silsilah garis keturunan marga-marga. Meskipun tarombo yang dituliskan secara turun temurun terkadang mengaburkan garis batas antara mitos dan realitas.
Suku Batak merupakan salah satu kelompok etnis terbesar di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan budayanya. Dalam suku Batak, ada sistem penamaan marga yang khas dan jadi identitas keluarga.
Marga ini akhirnya diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga ada silsilah dalam keluarga Batak yang perlu diketahui. Disebut juga dengan Tarombo, hubungan kekerabatan ini perlu dipahami oleh banyak orang.
Mengenal Tarombo
Dikutip dari laman Budaya Indonesia, Tarombo si Raja Batak (silsilah garis keturunan suku bangsa Batak) bermula dari individu yang bernama Raja Batak. Bertempat tinggal di lereng Pusuk Buhit, Sianjur Mulamula sehingga tempat ini dikenal dengan asal-muasalnya.
TAROMBO / SEJARAH MASYARAKAT BATAK
Si Raja Batak mempunyai dua orang putra, yakni:
1. Tuan Doli
2. Raja Isumbaon
kemudian Tuan Doli mempunyai lima orang putra, yaitu:
1. Raja Biakbiak (Raja Uti)
2. Saribu Raja
3. Limbong Mulana
4. Sagala Raja
5. Silau Raja
Untuk Putri, ada empat orang, yaitu:
1. Si Boru Pareme (menikah dengan Tuan Sariburaja, saudaranya)
2. Si Boru Anting Sabungan (menikah dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isumbaon)
3. Si Boru Biding Laut, (dipercayai seperti Nyi Roro Kidul)
4. Si Boru Nan Tinjo (tidak menikah)
Selanjutnya dalam Tarombo Batak, keturunan dari si Raja Batak dibagi atas dua golongan besar yakni:
1. Golongan Tatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan Perempuan, disebut juga golongan Hula-hula= Marga Lontung
2. Golongan Isombaon = Golongan Matahari = Golonga Laki-laki, disebut juga Golongan Boru= Marga Sumba
Penjabaran Marga-marga Batak
1. Raja Biak-biak (Raja Uti)
Pernah memimpin Tanah Batak dan beliau memandatkan ponakannya atau Bere Sisimangaraja, namun tetap berpusat pada Raja Uti.
2. Saribu Raja
Putra kedua dari Guru Tatea Bulan, dengan adik kandungnya yakni Si Boru Pareme yang dilahirkan marpohas (anak kembar berlainan jenis)
Dari Saribu Raja langsung mempunyai putra pertama yakni Si Raja Lontung dan Si Raja Borbor:
a. Si Raja Lontung
Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:
Putra:
1. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga Situmorang.
2. Sinaga raja, keturunannya bermarga Sinaga.
3. Pandiangan, keturunannya bermarga Pandiangan.
4. Toga Nainggolan, keturunannya bermarga Nainggolan.
5. Simatupang, keturunannya bermarga Simatupang.
6. Aritonang, keturunannya bermarga Aritonang.
7. Siregar, keturunannya bermarga Siregar.
Putri :
1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan Toga Sihombing.
2. Si Boru Panggabean, kawin dengan Toga Simamora.
B. Si Raja Borbor
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.
Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra. Ini dia asal-usul marga tersebut:
1. Datu Dalu (Sahangmaima).
2. Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.
3. Harahap, keturunannya bermarga Harahap.
4. Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.
5. Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.
6. Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.
Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :
1. Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.
2. Tinendang, Tangkar.
3. Matondang.
4. Saruksuk.
5. Tarihoran.
6. Parapat.
7. Rangkuti.
3. Limbong Mulana
Putra ketiga dari Guru Tatea Bulan ini punya dua orang putra yaitu Palu Onggang dan Langgat Limbong. Untuk keturunan Langgat Limbong ada tiga orang. Ada yang bermarga Sihole, Habeahan, dan Limbong.
4. Sagala Raja
Selanjutnya untuk putra keempat dari Guru Tatea Bulan juga memakai marga Sagala dalam keturunannya.
5. Silau Raja
Terakhir ada Silau Raja sebagai putra kelima dari Guru Tatea Bulan mempunyai empat orang putra, yakni:
1. Malau
2. Manik
3. Ambarita
4. Gurning
Baiklah, demikian informasi singkat terkait silsilah dan nama marga di suku Batak. Untuk itu, masih ada juga informasi silsilah yang perlu kamu ketahui sesuai margamu. Semoga bermanfaat
Artikel ini ditulis oleh Elisabeth Christina Hotmaria Simanjuntak, Mahasiswa Peserta Magang Merdeka di detikcom
Silsilah atau tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak tersesat (nalilu). Orang Batak diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.[butuh rujukan]
Aksara Batak
Artikel utama: Surat Batak
Aksara dasar (ina ni surat) dalam tulisan Bahasa Batak merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/. Terdapat 19 aksara dasar yang dimiliki semua varian aksara Batak, sementara beberapa aksara dasar yang hanya digunakan pada varian tertentu. Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:
Bentuk-bentuk di atas merupakan bentuk yang digeneralisasi, tidak jarang suatu naskah menggunakan varian bentuk aksara atau tarikan garis yang sedikit berbeda antara satu sama lainnya, tergantung dari daerah asal dan media yang digunakan.
Aksara i (ᯤ) dan u (ᯥ) hanya digunakan untuk suku kata terbuka, misal pada kata ina ᯤᯉ dan ulu ᯥᯞᯮ. Untuk suku kata tertutup yang diawali dengan bunyi i atau u, digunakanlah aksara a (ᯀ atau ᯁ) bersama diaktirik untuk masing-masing vokal, misal pada kata indung ᯀᯉᯪ᯲ᯑᯮᯰ dan umpama ᯀᯔᯮ᯲ᯇᯔ.
Kalender Batak
Nama bulan[butuh rujukan]
No Penanggalan (Toba) Penanggalan (Karo) Lama Hari
No/bulan toba. / bulan karo / hari
1 /Sipaha sada / Paka sada (Kambing)/ 30
2 / Sipaha dua / Paka dua (Lembu) / 29
3 / Sipaha tolu / Paka telu (Gaya) / 30
4 / Sipaha opat / Paka empat (Padek) / 29
5 / Sipaha lima / Paka lima (Arimo) / 30
6 / Sipaha onom / Paka enem (Kuliki) /29
7 / Sipaha pitu / Paka pitu (Kayu)/ 30
8 / Sipaha ualu /Paka waluh (Tambok) /29/30
9 /Sipaha sia / Paka siwah (Gayo) /29/30
10 /Sipaha sampulu /Paka sepuluh (Baluat)/ 29
11 /Sipaha li /Paka sepuluh sada (Batu) /30
12 /Sipaha hurung / Paka sepuluh dua (Binurung) /29
13 / Lamadu / (30)
Total 353–355/(383–384)
Penanggalan[butuh rujukan]
Hari Penamaan hari (Toba) Penamaan hari (Karo) Penamaan hari (Simalungun)
Hari/toba. / karo. ,/ simalungun
1/ Aditia / Aditia /Aditia
2 / Suma /Suma /Suma
3 / Anggara/ Nggara/ Anggara
4 /Muda / Budaha / Mudaha
5 /Boraspati / Beraspati /Boraspati
6 /Singkora /Cukra Enem / Berngi Sihora
7 / Samisara /Belah Naik / Samisari
8 / Artia ni Aek / Aditia Naik/ Aditia Turun
9 /Suma ni Mangadop /Suma Siwah /Suma ni Siah
10/ Anggara Sampulu / Nggara Sepuluh/ Anggara ni Sapuluh
11 /Muda ni Mangadop / Budaha Ngadep/ Mudaha ni Mangadop
12 /Boraspati ni Mangadop /Beraspati Tangkep /Boraspati ni Takkop
13/ Singkora ni Purnama /Cukra Dudu (Lau)/ Sihora Duduk (Bah)
14 /Samisuru ni Purasa/ Belah Purnama Raya/ Samisara Purnama Raya
15 /Tula /Tula /Tula
16 /Suma ni Holom /Suma Cepik /Suma ni Holom
17 /Anggara ni Holom/ Nggara Enggo Tula/ Anggara ni Tula/
18 /Muda ni Holom /Budaha Gok /Mudaha (Gok)
19 /Boraspati ni Holom /Beraspati 19/ Boraspati 19
20 /Singkora Maraturun /Cukra Si 20/ Sihorasi 20
21 /Samisara Maraturun/ Belah Turun/ Samisara Maraturun
22 /Aditia ni Angga /Aditia Turun /Aditia Turun
23 /Suma ni Mate/ Sumana Mate /Suma ni Mate
24/ Anggara ni Begu/ Nggara Simbelin/ Anggarana (Bod)
25 /Muda ni Mate/ Budaha Medem/ Mudaha (Bod)
26 /Boraspati ni Gok/ Beraspati Medem/ Boraspati (Bod)
27 /Singkora Dudu /Cukrana Mate/ Sihora 27
28 /Samisara Bulan Mate /Mate Bulan /Matei ni Bulan/
29/ Hurung Dalin /Bulan Dalan/ ni Bulan
30 /Ringkar /Sami Sara/ Rikkar
Salam khas Batak
Tiap etnis Batak memiliki salam khasnya masing masing. Beberapa salam yang biasa dituturkan oleh tiap etnis adalah:[butuh rujukan]
Angkola dan Mandailing: “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
Karo: “Mejuah-juah Kita Krina!”
Pakpak: “Njuah-juah Mo Banta Karina!”
Simalungun: “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
Toba: “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!” atau "Horas Tondi Matogu, Pir Ma Tondi Madingin!"
No comments:
Post a Comment